Jakarta, CNN Indonesia —
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menyelenggarakan LPEI Export Forum 2024 bertema Bedah Pasar Ekspor Produk Unggulan Jawa Timur yang mempertemukan para eksportir Jawa Timur (Jatim) di Surabaya pada Rabu (5/6).
Pada kegiatan itu, berbagai isu terkait ekspor didiskusikan dengan fokus terhadap perkembangan dan prospek ekspor Jatim, diikuti paparan program pemerintah dan produk LPEI seperti program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) seperti PKE Trade Finance, PKE Kawasan, serta PKE Farmasi dan Alat Kesehatan, lalu dilanjutkan dengan sesi one-on-one antara eksportir dan LPEI yang mengeksplorasi berbagai peluang kerja sama.
Chief of Region LPEI, Anton Herdianto menyatakan, ada ribuan eksportir Jatim yang berhasil menjangkau pasar Asia dan Amerika Serikat.
“Jawa Timur saat ini memiliki lebih dari 2.500 eksportir yang memasarkan produknya ke 200 negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, Swiss, Singapura dan Tiongkok. Angka kontribusi ini tentu hasil kolaborasi solid antara kementerian, lembaga, pelaku usaha, serta seluruh elemen ekosistem ekspor Jawa Timur,” kata Anton.
Untuk itu, Anton memastikan LPEI hadir memberi dukungan dalam bentuk pembiayaan, penjaminan, asuransi, hingga jasa konsultasi.
“Upaya kami adalah secara proaktif menjemput bola untuk memberikan solusi yang tepat dan memenuhi harapan para eksportir,” ujarnya.
Pada LPEI Export Forum 2024, para peserta mendapatkan berbagai edukasi dan informasi terkait fasilitas dan dukungan LPEI dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim yang antara lain mencakup program pelatihan dan pengembangan kapasitas, tren dan peluang perluasan akses pasar, serta akses fasilitas pembiayaan.
Kegiatan LPEI Export Forum 2024 ini diikuti oleh 18 perusahaan yang bergerak pada berbagai industri, mulai pengolahan kayu, pengolahan minyak kelapa, pengolahan perikanan, hingga industri makanan.
Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist LPEI, Rini Satriani, memprediksi pertumbuhan ekspor di Jatim akan tetap stabil hingga tahun 2025.
Menurutnya, ekspor yang melemah ke Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Tiongkok dapat terkompensasi dengan kenaikan ekspor ke Asia Tenggara dan Timur Tengah.
“Beberapa negara dengan tren ekonomi yang baik membutuhkan produk-produk ekspor dari Jawa Timur yang sebelumnya mereka beli dari negara lain. Peningkatan akses pasar menjadi kunci, dan business matching dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan transaksi ekspor dari Jawa Timur,” papar Rini.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Perindustrian & Perdagangan Jawa Timur, Iwan menyebut bahwa Jatim memiliki potensi luar biasa di berbagai sektor, khususnya pertanian, perkebunan, dan perikanan.
Iwan menilai, masih ada banyak peluang ekspor ke negara-negara di luar AS, Tiongkok, dan Jepang yang selama ini menjadi pasar ekspor utama Jatim. Yang diperlukan, katanya, adalah sinergi antara pemerintah, pelaku usaha dan mitra strategis ekspor yang mengusung visi yang sama, yaitu menjadikan Jatim sebagai pusat ekspor komoditas unggulan di mancanegara.
Terlebih, Jatim merupakan provinsi kedua dengan nilai ekspor terbesar di Indonesia setelah Jawa Barat. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekonomi Jatim bertumbuh sebesar 4,81 persen year-on-year (YoY) pada triwulan I/2024. Adapun peningkatan ekspor Jatim pada Maret 2024 mencapai 39,10 persen dibandingkan Februari 2024, dengan total nilai US$2,51 miliar.
“Peningkatan ekspor merupakan kunci untuk mendorong perekonomian. Ekspor komoditas unggulan membantu pelaku usaha untuk tumbuh, meningkatkan pendapatan daerah, menghasilkan devisa bagi negara, serta memperkuat posisi Jawa Timur sebagai salah satu pilar ekonomi nasional,” kata Iwan.
(rea/rir)