Seperti tahun-tahun sebelumnya, gelaran Jakarta X Beauty (JXB) 2024 di Jakarta tak cuma dipadati pembeli. Di antara sesak pengunjung, banyak pelaku bisnis jasa titip (jastip).
Tampilan jastiper, sebutan pebisnis jastip, mudah dibedakan dengan pembeli biasa. Mereka kerap membawa koper untuk produk-produk yang dipesan konsumen.
Para jastiper kerap memanfaatkan ajang semacam Jakarta X Beauty, lantaran banyak produk yang didiskon gede-gedean.
Mereka antre dari pagi. Menggeret koper dari satu stan produk kecantikan satu ke lainnya. Kebanyakan jastiper membawa teman untuk membantunya mengumpulkan produk pesanan pelanggannya.
Salah satu jastiper yang ditemui CNNIndonesia.com di JXB kali ini adalah Noni (24). Wanita asal Jakarta Barat itu mengaku bisa meraup untung hingga Rp4 juta dalam satu acara JXB yang diselenggarakan selama empat hari.
Namun omzet bersih yang didapat hanya Rp3 juta jika dipotong biaya makan, bensin, hingga parkir.
Modal bisnis jastip pun tak besar. Noni buka lapak di grup WhatsApp. Para calon konsumen harus membayar uang muka atau down payment (dp) terlebih dahulu, barulah Noni berburu orderannya.
“Kalau yang pertama order sih aku bilang gini, ‘kak, mau DP atau langsung full payment boleh’. Tapi kalau yang sudah sering belanja, kadang aku full talangin atau DP juga,” ujar dia saat ditemui di JCC, Jumat (7/6).
“Selesai event, aku bongkar, aku recap per nama. Aku cek mutasi (rekening), baru aku packing, aku kirim. Ongkos kirim ditanggung mereka. Kalau yang COD (cash on delivery), paling cuma ngambil ke rumah,” jelas dia.
Noni mengaku tak menggelontorkan banyak modal untuk berbelanja di JXB. Namun kadang ia harus mengeluarkan modal hingga Rp4 juta untuk menalangi pelanggannya.
“Tapi kalau misalnya udah tiris, aku minta transfer dulu sama customer,” tuturnya.
“Sistemnya kadang-kadang aku tombokin dulu. Tapi itu hanya untuk customer yang sering belanja. Tapi kalau untuk first order, aku selalu minta DP. Takut hit and run, udah banyak yang ikut-ikutan doang,” ujar Noni lebih lanjut.
Noni menetapkan biaya jastip atau fee yang beragam, yakni Rp5 ribu hingga Rp15 ribu per produk.
“Kalau enggak ngantri sih aku kadang-kadang ambil antara Rp5 ribu sampai Rp10 ribu. Tapi kalau ngantri gini, ya aku tambahin lagi jadi Rp 15 ribu,” ujarnya.
“Tapi tergantung barangnya tuh normalnya berapa, kalau diskonnya tipis banget, aku ngambilnya tipis juga,” sambung Noni.
Bisnis jastip adalah satu-satunya sumber pendapatan Noni. Ia berkata pekerjaannya itu mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain memanfaatkan diskon di acara-acara besar, terkadang Noni juga kerap membuka pre-order (PO) untuk diskon di mal-mal Jakarta.
Jasa titip ini dibangun Noni pada Desember 2022. Kala itu, tak banyak orang yang mau keluar rumah untuk belanja. Di sana lah Noni melihat peluang membantu orang mendapatkan produk incaran, yang tentu saja jadi keran pendapatan.
Jastiper lain, Riyanti (32) asal Jakarta Utara juga bisa meraup keuntungan hingga Rp 6 juta-Rp7 juta. Tapi, yang masuk kantongnya secara bersih dalam satu acara besar seperti JXB sekitar Rp3 juta. Hal itu karena pendapatan bersihnya kerap dibelanjakan untuk dirinya sendiri.
Berbeda dengan Noni, menjadi jastiper merupakan sebuah pendapatan tambahan atau pekerjaan sampingan bagi Riyanti. Ia mengaku memutuskan untuk membuka jastip pertama kali saat ia berkunjung ke negara tetangga, seperti Singapura dan Malaysia.
“Kalau yang di Indonesia, kita bisanya cuma di acara-acara beauty seperti JXB ini,” tuturnya.
Riyanti mematok jasa titip Rp5 ribu per barang. Namun untuk produk-produk berukuran kecil, dipatok Rp3 ribu. Untuk produk yang didapatkan saat flash sale, ia patok Rp10 ribu.
Satu hal yang ia suka dalam membuka bisnis jastip adalah tak harus mengeluarkan modal sepersen pun. Sistem bisnisnya, jika ada pembeli, maka mereka harus transfer sejumlah harga barang ditambah fee jastip secara full di depan.
“Aku enggak seperti yang lain, enggak ada DP 50 persen dan lainnya. Kalau mereka mau beli, mereka harus transfer full sama fee-nya, di akhir dihitung ongkirnya berapa,” ujar Riyanti.
Terkadang, Riyanti menerapkan sistem live sale untuk strategi jualan. Jadi, ia mengirimkan foto produk-produk di booth penjual, serta harga barangnya. Kemudian, pelanggan di grup WhatsApp-nya langsung menulis daftar produk-produk yang ingin dibeli.
“Dengan sistem aku yang full payment di depan itu, aku enggak pernah encounter hit and run. Aku berkaca dari jastip lain yang sistemnya booking dulu, terus dibeliin, banyak yang hit and run,” tuturnya.
Lanjut ke halaman berikutnya…