Jakarta, CNN Indonesia —
Ketua Pimpinan Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Cabang Purwakarta Alin Kosasih menyebut 233 pekerja PT Sepatu Bata Tbk (BATA) yang di PHK imbas penutupan pabrik di Purwakarta, Jawa Barat mendapatkan pesangon sebesar 1 kali ketentuan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (PMTK).
Besaran pesangon sudah disepakati manajemen BATA dan pekerja sebagai tanda pisah kedua belah pihak dalam hubungan kerja Rabu (8/5) ini.
“Sudah (selesai),” ungkapnya, Rabu, seperti dikutip dari CNBCIndonesia.
“Untuk pesangon yang telah diberikan nilainya 1 PMTK (Peraturan Menteri Tenaga Kerja),” lanjutnya.
Lalu apa artinya 1 PMTK?
Merujuk kepada Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja 1 PMTK berarti pesangon yang diberikan 1 kali ketentuan Pasal 81 Angka 47 Perppu Cipta Kerja tentang perubahan Pasal 156 UU Ketenagakerjaan.
Merujuk Pasal 43 ayat 2 pp tersebut, uang pesangon 1 kali ketentuan PMTK yang diatur dalam Pasal 40 ayat 2 aturan tersebut yang besarannya berkisar antara minimal 1 bulan gaji maksimal 9 bulan gaji yang dihitung sesuai masa kerja karyawan.
Selain pesangon, karyawan tersebut juga mendapatkan uang penghargaan masa kerja yang besarannya berkisar antara 2 dan maksimal 10 bulan gaji sesuai masa kerja. Karyawan tersebut juga berhak mendapatkan uang penggantian hak.
Namun Alin mengatakan belum ada kejelasan kapan pesangon akan dibayarkan kepada pekerja.
“Belum ada kejelasan untuk pembayaran,” ujarnya.
PT Sepatu Bata Tbk memutus hubungan kerja (PHK) 200 lebih karyawan imbas penutupan pabrik di Purwakarta, Jawa Barat.
Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Purwakarta Kabupaten Purwakarta Didi Garnadi mengatakan lebih dari 200 orang yang kena pemangkasan usai pabrik tersebut tutup.
“Pada awal Mei 2024, kami menerima laporan terjadinya PHK karena perusahaannya (pabriknya) tutup,” katanya dikutip Antara, Minggu (5/5).
Pihaknya juga telah menerima informasi dari manajemen mengenai kondisi Sepatu Bata yang penjualannya turun. Sebelum menutup pabrik, manajemen telah melaporkan rencana penghentian produksi.
Corporate Secretary Sepatu Bata Hatta Tutuko mengatakan penghentian produksi dan penutupan operasional pabrik di Purwakarta dilakukan karena perusahaan merugi imbas menurunnya permintaan.
Ia menuturkan Bata telah melakukan berbagai upaya selama empat tahun terakhir untuk mengatasi kerugian dan tantangan industri akibat pandemi covid-19. Di lain sisi, perubahan perilaku konsumen yang begitu cepat juga menjadi tantangan.
Namun, perusahaan tak merinci beberapa kerugian yang diderita. Hatta hanya mengatakan kapasitas produksi pabrik jauh melebihi kebutuhan yang bisa diperoleh secara berkelanjutan dari pemasok lokal di Tanah Air.
(agt)