Denpasar, CNN Indonesia —
Harga rumah di Bali kian mahal beberapa tahun belakangan ini.
DRM Business Wilayah 3 BTN Carly Tambunan menyebut besaran kenaikan harga rumah berbeda-beda untuk setiap wilayah.
Ambil contoh di wilayah Badung. Harga rumah KPR BTN di wilayah tersebut pada 2022 lalu rata-ratanya masih di kisaran Rp506 juta. Tapi pada 2023 dan 2024, harga rumah tersebut melesat berturut-turut 26,09 persen dan 41,07 persen menjadi Rp638 juta lalu Rp900 juta.
Di Denpasar pada periode yang sama, harga juga merangkak naik 11,6 persen dan 30,56 persen dari Rp592 juta, ke Rp661 juta dan lanjut lagi ke Rp863 juta. Lalu di Klungkung harga naik 56,50 persen dan 16, 61 persen dari Rp200 juta ke Rp313 juta lalu menjadi Rp365 juta.
Sementara itu di wilayah Tabanan, harga naik 11,08 persen dan 19,39 persen dari Rp325 juta ke Rp361 juta lalu ke Rp431 juta.
“Naiknya kisaran 11-41 persen secara year on year,” katanya dalam Journalist Convocation bertajuk ‘Harga Properti Selangit, Memang Boleh Semahal Itu?’ yang digelar di Denpasar, Bali akhir pekan ini.
Kendati demikian, lonjakan harga rumah itu tak menyurutkan minat masyarakat membeli rumah di Bali. Paling tidak, minat itu bisa dilihat dari tren pengajuan KPR BTN selama periode tersebut.
Carly mengatakan berdasarkan data yang dimilikinya KPR komersial BTN pada 2021 melesat 39,92 persen menjadi Rp135,69 miliar dan trennya terus menanjak hingga 2023 mencapai Rp227,57 miliar atau naik 24,12 persen.
Kemudian, per kuartal I 2024, penyaluran KPR BTN tercatat Rp 61,56 miliar.
“Padahal saat pandemi 2020, trennya sempat anjlok 68 persen dari yang pada 2019 masih Rp310 miliar menjadi Rp96,9 miliar,” katanya.
Pengamat Properti dari Brighton Garry Sugiarto Dharma B memberikan catatan yang lebih mencengangkan soal kenaikan harga rumah di Bali.
Menurutnya, saat ini sudah sulit mencari rumah berharga Rp600 juta-Rp700 juta di Bali. Data yang dimilikinya, rata-rata harga termurah rumah di Bali saat ini adalah Rp900 juta.
Harga itu pun katanya, jarang.
“Di Denpasar Selatan, yang tanahnya 102 meter, bangunan 120 meter itu sudah Rp2,9 miliar. Sementara itu yang tanahnya standar 70 meter luas bangunan 80 meter harganya Rp1,8 miliar,” katanya.
“Makanya pas ada yang lepas Rp600 juta yang telpon langsung 20-30 orang, karena barangnya sedikit,” tambahnya.
Kian menguntungkan
Ia menambahkan lonjakan harga rumah di Bali itu dipicu beberapa faktor. Salah satunya; pandemi covid.
Ia mengatakan pandemi telah mengubah pola kerja orang dari yang awalnya di kantor menjadi bisa dikerjakan dari mana saja. Nah, karena perubahan pola kerja ini, Bali sebagai salah satu tempat pariwisata unggulan yang menawarkan kenyamanan dan ketenangan sangat diuntungkan.
Pasalnya, setelah pandemi banyak orang kemudian memilih kerja dari Bali. Imbasnya, banyak pekerja yang kemudian menyewa dan bahkan membeli rumah di Bali.
Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan orang berduit dan pekerja. Mereka membeli dan kemudian menyewakannya dengan harapan memperoleh cuan tinggi.
“Karena luar biasa, harga rumah Rp800 juta, sewanya bisa Rp40 juta, 4-6 persen imbal hasilnya per tahun, kalau vila bisa 8-12 persen. Itu menguntungkan dari pada investasi di instrumen lain. Di sini dia bisa sewakan dapat untung 5 persen, plus kenaikan harga jual, itu menguntungkan,” katanya.
(agt)