Jakarta, CNN Indonesia

Momen mudik selalu dirindukan oleh para perantau di ibu kota.

Pada momen ini, mereka berbondong-bondong pulang kampung demi merayakan Lebaran dan melepas rindu bersama dengan para sanak saudara.

Macet dan harga tiket mahal, sering tidak menjadi halangan bagi mereka untuk mudik ke kampung halaman. Meski demikian, ada juga yang masih senang bertahan di Jakarta di tengah hiruk pikuk mudik itu.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satunya Harno, pedagang sembako asal Kudus, Jawa Tengah. Di tengah kesibukan para tetangganya mudik Lebaran, ia memilih untuk mengambil jalan lain; tetap bertahan di Jakarta. 

Langkah itu dilakukan pria berusia 57 tahun yang menjual beragam keperluan sehari-hari seperti beras, roti, aneka minuman, sabun mandi, pewangi pakaian sejak 10 tahun lalu itu dengan satu tujuan; menambah aliran cuan ke kantongnya.

Lelaki yang membuka gerainya di Kampung Melayu sejak 2010 itu berterus terang tak memiliki niatan mudik pada Lebaran ini karena ingin tetap jualan. 

“Sekarang nggak pulang (mudik). Masih ingin jualan di sini (Jakarta) dulu aja,” bincang Suharno kepada CNNIndonesia.com tengah hari.

Keputusan ini kata Harno bukan tanpa alasan. Selama Ramadan ia mengaku dagangannya laris. Jumlah omzet yang diterimanya naik dan sudah menyentuh Rp50 juta.

“Kalau itu (omzet) ya Alhamdulillah bisa dapat Rp40 juta-Rp50 juta lah,” tuturnya sambil senyum tertawa.

Omzet itu katanya masih bisa melesat saat Lebaran.

“Itu membuat semangat,” katanya.

Selain masalah omzet, ia juga memilih tak mudik karena memang keluarganya banyak yang tinggal di Jakarta.

“Saya tidak mudik mas, sebagian keluarga juga di sini,” katanya.

Senada dengan Harno, pedagang minuman keliling bernama Iwan (29) yang berasal dari Garut memilih tak mudik dan memanfaatkan hiruk pikuk ramai mudik untuk mendulang rezeki.

Rindu kampung halaman dan handai taulan sudah pasti. Tapi itu semua, ia kesampingkan.

Ia memilih mengundur masa pulang kampungnya dan mencari cuan lebih dulu kala lebaran. Apalagi katanya, sebagian besar keluarga juga berada di Jakarta.

“Karena jualannya lumayan naik ya mas, bisa Rp1 juta (per hari) lebih kalau mangkalnya di dekat stasiun gitu,” ujar Iwan.

[Gambas:Video CNN]

(wlm/agt)






Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *